ONRECHTMATIG OVERHEIDSDAAD OLEH PEMERINTAH DARI SUDUT PANDANG UNDANG-UNDANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN / ACT AGAINST THE LAW BY THE GOVERNMENT FROM THE VIEW POINT OF THE LAW OF GOVERNMENT ADMINISTRATION
DOI:
https://doi.org/10.25216/peratun.122018.265-286Keywords:
onrechtmatig overheidsdaad, administrasi pemerintahan, government administration,Abstract
Sejak diberlakukannya Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan, banyak terjadi perubahan paradigma di bidang Hukum Administrasi Pemerintahan, termasuk mengenai hukum acara dan kewenangan mengadili sengketa administrasi. Dahulu, Tindakan Administrasi yang berbentuk tidak tertulis (feitelijk handelingen) tidak dapat digugat kepada PTUN selaku peradilan administrasi. Kewenangan mengadili untuk Tindakan ini berada di Pengadilan Negeri dengan asumsi bahwa perbuatan tersebut adalah perbuatan melawan hukum layaknya PMH pada umumnya namun dilakukan oleh Penguasa, sehingga dikenal dengan sebutan Perbuatan Melawan Hukum oleh Pemerintah (Onrechtmatig Overheidsdaad). Namun kemudian dengan adanya Undang-Undang No. 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan ini maka terjadi pergeseran kewenangan dari Peradilan Umum kepada Peradilan Tata Usaha Negara, yang kemudian ditafsirkan pula oleh Mahkamah Agung melalui SEMA No. 4 Tahun 2016.
Since the enactment of Law no. 30 of 2014 on Government Administration, there are many paradigm shifts in the field of Administrative Law, including the procedure law and the authority to hear administrative disputes. In the past, unwritten (Factual) Deeds of the Government (feitelijk handelingen) could not be sued to the Administrative Court. The authority to hear and decide for this dispute was in the District Court with the assumption that the act is an Unlawful Act (PMH) in general but done by the Government, thus known as The Unlawful Acts by The Government (Onrechtmatig Overheidsdaad). But then with the existence of Law No. 30 of 2014 on Government Administrastion, there is a shift of authority from the District (General) Court (Pengadilan Negeri) to the State Administrative Court (PTUN), which was then interpreted also by the Supreme Court (MA) through SEMA No. 4 of 2016.
References
a. Buku
Apeldoorn, L. J. Van. Inleiding Tot de Studie van Het Nederlandsche Recht. Zwolle: N.V. Uitgever Maatschappij W. E. J. Tjeenk Willink, 1937.
Basiang, Martin. Kamus Hukum Kontemporer (The Contemporary Law Dictionary). Jakarta: Red & White Publishing, 2009.
Bruggink, J. J. H. Rechtsreflecties: Grondbegrippen Uit de Rechtstheorie. Diterjemahkan oleh Arief Sidharta dengan Judul: Refleksi Tentang Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti. 1996.
Cahyono, Akhmad Budi dan Surini Ahlan Sjarif. Mengenal Hukum Perdata. Jakarta: CV Gitama Jaya, 2008.
Gofar, Abdullah. Teori dan Praktik Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Malang: Tunggal Mandiri, 2014.
Hadjon, Philipus M. Pengertian Dasar tentang Dasar Pemerintahan. Surabaya: Jumali, 1985.
_______, et.al. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Introduction to Indonesian Administrative Law). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2001.
Indroharto. Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara: Buku I Beberapa Pengertian Dasar Hukum Tata Usaha Negara. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004.
_______. Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara: Buku II Beracara di Pengadilan Tata Usaha Negara. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2004.
Lopa, B. dan Andi Hamzah. Mengenal Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta: Sinar Grafika, 1993.
Mahkamah Agung. Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan dalam Empat Lingkungan Peradilan: Buku II Edisi 2007. Jakarta: Mahkamah Agung RI, 2012.
Nugraha, Safri et.al. Hukum Administrasi Negara. Depok: Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2007.
Prins, W. F. dan R. Kosim Adisapoetra. Pengantar Ilmu Hukum Administrasi Negara. Jakarta: Pradnya Paramita, 1987.
Supandi. Hukum Peradilan Tata Usaha Negara. Bandung: Penerbit PT Alumni, 2016.
Tjandra, W. Riawan. Teori dan Praktik Peradilan Tata Usaha Negara. Yogyakarta: Penerbit Universitas Atmajaya Yogyakarta, 2010.
Utrecht, E. Pengantar Dalam Hukum Indonesia. Jakarta: N.V. Penerbitan Dan Balai Buku Indonesia. 1953.
b. Peraturan Perundang-Undangan
Indonesia. Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. UU No. 5 Tahun 1986. LN No. 77 Tahun 1986. TLN No. 3344.
Indonesia. Undang-Undang Tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. UU No. 9 Tahun 2004. LN No. 35 Tahun 2004. TLN No. 4380.
Indonesia. Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. UU No. 51 Tahun 2009. LN No. 160 Tahun 2009. TLN No. 5079.
Indonesia. Undang-Undang Administrasi Pemerintahan. UU No. 30 Tahun 2014. LN No. 292 Tahun 2014. TLN No. 5601.
RIB/HIR dengan Penjelasan (Het Herzeine Inlandsch Reglement). Diterjemahkan oleh R. Soesilo. Bogor: 1995, Politeia.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek). Diterjemahkan oleh R. Subekti dan R. Tjitrosudibio. Jakarta: Balai Pustaka, 2004.
Indonesia. Peraturan Pemerintah Tentang Ganti Rugi dan Tata Cara Pelaksanaannya Pada Peradilan Tata Usaha Negara. PP No. 43 Tahun 1991. LN No. 52 Tahun 1991. TLN No. 3448.
Mahkamah Agung. Surat Edaran Mahakamah Agung Tentang Petunjuk Pelaksanaan Beberapa Ketentuan Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara. SEMA RI No. 2 Tahun 1991.
Mahkamah Agung. Surat Edaran Mahakamah Agung Tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2016 Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan. SEMA RI No. 4 Tahun 2016.
c. Website
http://www.perspectievenopprivaatrecht.nl/_files/Rechtspraak/HR%201919%20Lindenbaum%20Cohen.pdf diakses pada 20 April 2018.