CONFLICTING NORMS BETWEEN TACIT REFUSAL AND TACIT AUTHORIZATION AND ITS CONTEXTUALIZATION IN THE LIGHT OF GOVERNMENT ADMINISTRATION LAW

Authors

  • Azza Azka Norra Pengadilan Tata Usaha Negara Jayapura

DOI:

https://doi.org/10.25216/peratun.322020.141-154

Keywords:

Tacit Authorization, Tacit Refusal, Government Administration Law, Administrative Judiciary Law, Administrative Court

Abstract

The silence of the Government Administration has two possibilities, Tacit Refusal and Tacit Authorization. Tacit Refusal means that if the government agencies/bodies ignored requests from citizens then it is considered to have rejected the request. Tacit Authorization means if the government agencies/bodies ignored requests from citizens then it is considered to have granted the request. In Indonesia, both the Tacit Refusal and Tacit Authorization have their own places in the laws and regulations. The Law No. 5 of 1986 concerning Administrative Judiciary, rules the Tacit Refusal, meanwhile Law No. 30 of 2014 concerning Government Administration, rules the Tacit Authorization. Both cannot be implemented simultaneously because both of them are negating each other. This paper tries to explain the implementation of Tacit Refusal and Tacit Authorization after the enactment of Law No. 30 of 2014 concerning Government Administration in the administrative court.

References

Buku dan Jurnal
Abdullah, Priyatmanto. Revitalisasi Kewenangan PTUN. Yogyakarata: Cahaya Atma Pustaka, 2018.
Ali, Hatta. Peradilan Sederhana, Cepat Dan Biaya Ringan Menuju Keadilan Restoratif. Bandung: Alumni, 2012.
Amiruddin, and Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rajawali Press, 2008.
Indroharto. Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan Tata Usaha Negara: Buku II Beracara Di Pengadilan Tata Usaha Negara. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2015.
Irawan, A. Tirta. “Kedudukan Gugatan Fiktif Negatif Setelah Diaturnya Permohonan Fiktif Positif Di Peradilan Tata Usaha Negara.” Varia peradilan. Jakarta, 2016.
Mustamu, Julista. “Pertanggungjawaban Hukum Pemerintah (Kajian Tentang Ruang Lingkup Dan Hubungan Dengan Diskresi).” Jurnal Sasi 20, no. 2 (2014): 21–27.
Santoso, Bagus Teguh, and Sadjino. “Keputusan Fiktif Positif Sebagai Bentuk Reformasi Birokrasi Berdasarkan Prinsip Good Governance.” Jurnal Hukum Peratun 1, no. 1 (2018): 119–144.
Simanjuntak, Enrico. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara: Transformasi & Refleksi. Jakarta: Sinar Grafika, 2018.
Wahyunadi, Yodi Martono. Kompetensi Pengadilan Tata Usaha Negara Setelah Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi Pemerintahan. Bandar Lampung: AURA Publishing, 2018.
Yuslim. Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara. Jakarta: Sinar Grafika, 2016.

Peraturan perundang-undangan
Indonesia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara
_______. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
_______. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2009 Tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
_______. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Administrasi Pemerintahan.
Mahkamah Agung. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 8 Tahun 2017 Tentang Pedoman Beracara Untuk Memperoleh Putusan Atas Penerimaan Permohonan Guna Mendapatkan Keputusan Dan/Atau Tindakan Badan Atau Pejabat Pemerintahan.
_______. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2016 Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan.
_______. Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2017 Tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2017 Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan.
_______. Putusan Peninjauan Kembali No. 175 PK/TUN/2016

Internet
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5a54b2e443cad/urgensi-perma-pelaksanaan-fiktif-positif-dalam-ptun/, diunggah tanggal 9 Januari 2018, diunduh tanggal 26 November 2018 pukul 14:37
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt5aa7cc5c4b574/begini-cara-hakim-menambal-kelemahan-lembaga-fiktif-positif/, di unggah tanggal 14 Maret 2018, di unduh tanggal 24 November 2019 pukul 17:25

Downloads

Published

2021-03-23

How to Cite

Norra, Azza Azka. “CONFLICTING NORMS BETWEEN TACIT REFUSAL AND TACIT AUTHORIZATION AND ITS CONTEXTUALIZATION IN THE LIGHT OF GOVERNMENT ADMINISTRATION LAW”. Jurnal Hukum Peratun 3, no. 2 (March 23, 2021): 141–154. Accessed January 31, 2025. http://jurnalhukumperatun.mahkamahagung.go.id/index.php/peratun/article/view/164.

Issue

Section

Articles